PalingMales.com - Untuk memaknai sifat jaiz, harus memfokuskan pada diri rasul yang dilahirkan sebagai manusia. Ini yang menjadi landasan berpikir bagaimana memaknai sifat jaiz rasul. Ketika memfokuskan pada rasul yang lahir sebagai manusia, maka kesamaan antar manusia bisa terjadi tanpa ada kata “tidak mungkin”.
 |
| Kitab Suci Al Quran |
Mesikupun masing-masing manusia memiliki kelebihan tersendiri. Begitu juga dengan rasul Allah, juga memiliki kelebihan. Hal ini wajar. Manusia biasa bisa memiliki kekuatan super, hal ini wajar. Apalagi rasul, bisa terbang ke langit, ini juga wajar.
Intinya, bila kuasa Allah yang bertindak, apakah masih bisa mencegahnya dengan pikiran “ketidakmungkinan”?
Namun disini ingin membahas, bagaimana sifat jaiz yang masih dalam batas sifat mustahil rasul bukan sifat wajib bagi rasul.
Menampilkan Sifat Jaiz Seolah Bersifat Kizzib
Nabi Muhammad adalah seorang rasul yang manusiawi. Ada rasa ingin bercanda. Hal ini sesuai sifat jaiz seorang rasul yang mengikuti tradisi manusia umumnya.
Waktu itu, Nabi ingin bercanda dengan nenek. Nenek meminta agar Rasul SAW mendoakannya masuk surga. Lantas, dengan sifat jaiz-nya, Rasul SAW berkata pada ummu fulan bahwa di surga tidak akan dimasuki nenek-nenek.
Ucapan Rasul SAW seakan mengindikasikan berbohong. Namun, tetap, sifat jaiz (bercanda) yang terkesan berbohong pada nenek masih dianggap sifat mustahil bagi Rasul SAW. Karena faktanya, di surga semua orang dalam kondisi muda.
Menampilkan Sifat Jaiz Seolah Bersifat Baladah
Baladah alias bodoh. Bodoh sendiri bisa melakukan kesalahan. Sebagai rasul, masih diberikan hal-hal yang pernah dialami manusia yaitu berbuat kesalahan. Ini sifat jaiz rasul. Tetapi, kesalahan ini bukan murni kesalahan melainkan bertindak sebelum datang wahyu.
1. Kesalahan Nabi Yunus Meninggalkan Kaum
Kasus berbuat kesalahan pernah terjadi pada Yunus seperti yang dijelaskan Gus Baha, dalam Channnel Santri Ganyeng. Sekalipun salah, kesalahan ini menjadi berkah.
Jadi, nabi Yunus itu menasehati kaumnya agar bertaubat sebelum hari bencana datang. Karena banyak yang tidak percaya akan bencana, mereka tidak memikirkan bertaubat. Di sini, sisi jaiz Nabi Yunus AS muncul yakni meninggalkan kaumnya.
Naasnya, dalam momen kabur meninggalkan kaumnya, Nabi Yunus di makan ikan paus.
Berkahnya kesalahan Nabi Yunus akibat dari sifat jaiz seorang satus, kaumnya pada bertobat. Karena, Nabi Yunus sendiri meninggalkan tempat tinggalnya. Padahal, Nabi Yunus kabur sebelum mendapatkan wahyu. Karena kaum sudah pada bertobat, bencana dibatalkan Allah.
2. Nabi Muhammad Lupa Mengerjakan Solat Dua Rokaat Sampai Dikira Merubah Hukum
Sebelum membahas, agar tidak dikira sebagai bagian dari sifat Nabi Muhammad, di sini perlu dijelaskan kembali kondisi lupanya. Seperti yang dikatakan Gus Baha, konon Nabi SAW berkata bahwa beliau tidak lupa. Hanya saja, Allah membuat beliau lupa agar menjadi hukum.
Andai Nabi Muhammad tidak pernah lupa, maka umatnya akan kesulitan menghadapi kelupaan dirinya saat menjalankan solat. Walaupun begitu, sifat lupa itu sendiri adalah sifat jaiz bagi Nabi SAW, selagi sekedar merasakan sedikit seperti halnya manusia yang mudah lupa.
3. Nabi Muhammad Terkesan Mengikuti Protes Nabi Musa Soal Amanat Menjalankan Solat
Nabi SAW sendiri pada dasarnya patuh pada perintah Allah. Begitu juga dengan Nabi Musa, memang patuh. Hanya saja, ketika mereka berdua melihat umatnya, mereka berdua akan memperjuangkannya dengan memberikan yang terbaik untuk umatnya.
Suatu ketika, saat Nabi Muhammad Isro-Miroj, beliau bertemu dengan Nabi Musa di langit. Keduanya mendiskusikan mengenai permasalahan jumlah solat. Alhasil, Nabi Muhammad seperti menuruti rencana Nabi Musa agar mengurangi jumlah rokaat solat.
Kondisi seperti ini terkesan membangkan alias tidak mau menerima amanah. Walaupun demikian, begitulah keberkahan kedua rasul Allah. Akhirnya, jumlah rakaat solat sudah mencukupinya, tanpa lagi menuruti penawaran Nabi Musa agar kembali mengurangi jumlah rokaat solat.